Nilai Adiluhung Reog

    Budaya selalu menyatu erat dengan aspek kehidupan masyarakat, termasuk budaya Reog Ponorogo bagi masyarakat Ponorogo. Nilai-nilai yang terkandung dalam seni budaya reog Ponorogo tentu saja sudah terinternalisasi lama di dalam kehidupan masyarakat Ponorogo yaitu sepanjang sejarah reog Ponorogo itu sendiri, hal inilah yang secara langsung memberi kontribusi pada pembentukan sikap, perilaku dan pola pikir masyarakat Ponorogo pada umumnya, disadari maupun tidak disadari.
          Nilai apa yang sesungguhnya  terkandung dari seni budaya reog Ponorogo, tentunya tidak terlepas dari sudut pandang mana dan bagaimana kita menafsirkannya. Penafsiran bisa saja multi tafsir, tetapi tentunya hal itu tidak cukup menjadikan alasan  bagi kita untuk saling berseteru antar sesama warga Ponorogo
          Reog Ponorogo terbangun atas kesatuan dari singo barong dan dadak merak kemudian permainannya diangkat di atas kepala pembarong dengan cara digigit kuat ini memiliki perlambang yang tidak sepele.
  • Singo Barong,..kepala harimau, adalah representasi dari kekuatan, kesaktian dan kekuasaan.
  • Dadak merak,... burung berbulu sangat indah, bergaya anggun, bak bidadari, adalah representasi dari keindahan, kelembutan, dan keluhuran.

           Jadi reog Ponorogo adalah representasi menyatunya dalam satu diri / bercampurnya unsur kekuatan dan keindahan, kesaktian dan kelembutan, kekuasaan dan keluhuran. Reog adalah representasi dari Raja berhati bidadari, Ksatria berhati lembut, Penguasa berjiwa luhur yang mengayomi Rakyat.

          Dari posisi dadak merak adanya di atas singo barong,…ini adalah representasi keindahan selalu ditempatkan di atas kekuatan, dengan maksud: selalu mengutamakan keindahan budi pekerti dalam setiap aspek kehidupan.

Adakah nilai-nilai ini sudah mengilhami kita sebagai pewaris budaya reog Ponorogo?
           Para warok,…mereka memainkan reog dengan mengangkat di atas kepala dan menggigit kuat singo barong berukuran panjang sekitar 2,25 meter, lebar sekitar 2,30 meter, dan beratnya hampir 50 kilogram dengan gigi mulutnya, ini sesungguhnya perlambang bahwa para warok harus mempunyai komitment yang kuat dalam menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam budaya reog seperti teruraikan di atas.
           Para warok,..harus memiliki kekuatan fisik dan kedigdayaan, tetapi kekuatan dan kedigdayaan itu bukan untuk menindas.bukan untuk pamer dan gagah-gagahan.
Warok sejati sebagaimana disampaikan oleh Mbah Wo Kucing sebagai seorang tokoh dan sesepuh Ponorogo warok itu sikap hidupnya seperti ilmu padi “semakin berisi semakin menunduk”.
  • Warok sejati adalah,… Raja berhati bidadari, Ksatria berhati lembut, Penguasa berjiwa luhur yang mengayomi.  
          Jadi Jiwa Warok Ponorogo Kalau dia berkedudukan sebagai penguasa tidak sesekali menggunakan kekuasaannya untuk menindas rakyat,  melakukan kesewenang-wenangan, berbuat asusila dll. Melainkan dia adalah pemimpin yang mendedikasikan diri untuk mengayomi, mengangkat, meninggikan derajat, martabat, kesejahteraan dan kemuliaan rakyatnya.

,….dia bukan seorang Rahwono yang hobi menculik wanita dansuka memakan harta Negara, dia bukan Ken Arok yang menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan, dia bukan type orang yang menghalalkan segala cara untuk mendaki jabatan, dia bukan type orang yang suka menikam teman dari belakang, dia pasti bukan type orang yang suka menjilat,dia orang-orang yang berani berkata TIDAK untuk ketidakbenaran, kesewenang-wenangan dan ketidakadilan.

          Intinya, dalam profesi apa pun, dalam kapasitas apa pun, para warok adalah mereka yang dalam hidupnya selalu memegang teguh komitment untuk menjunjung tinggi nilai-nilai hidup yang meninggikan derajat dan martabat kemanusiaan demi terwujudnya harmoni, keadilan sosial dan kesejahteraan hidup masyarakat.


                                                                      

0 komentar:

Posting Komentar