Perjalanan Panjang Reog Ponorogo

              Keberhasilan Batoro Katong dalam mengamankan wilayah kerajaan Majapahit, khususnya Kadipaten Ponorogo dan berhasil pula menyiarkan agama Islam secara damai, maka dalam dadak merak ditambah satu tetenger ( tanda) dengan seuntai merjan ( tasbih ). Tasbih ini diletakkan pada ujung paruh merak, sedangkan lambang ular yang sudah ada tetap utuh terpelihara. Perkembangan reog yang semakin digemari oleh masyarakat bagian wilayah Kerajaan Majapahit khususnya Ponorogo, terus tumbuh dan berkembang lengkap dengan warok dan gemblaknya


           Oleh Batoro Katong sendiri alat-alat kesenian dimanfaatkan sebagai media da’wah. Menurut bupati pertama Ponorogo itu, kata REYOG berasal dari kata RIYOQUN yang maknanya berarti Khusnul Khotimah. Menurutnya, walau pun seluruh perjalanan hidup manusia dilumuri dengan berbagai dosa dan noda, bilaman sadar dan beriman akhirnya bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Demikin pula instrumen alat musik untuk mengiringi tarian reog masing-masing juga diberi nama yang bermakna oleh Batoro Katong. Tentunya semuanya mengarah pada satu tujuan DA’WAH.


Kesenian Reog Ponorogo dalam pentas seni pernah mengalami pasang surut. Pada masa penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang kesenian yang penuh dengan unsur magis yang vulgar ini, mengalami masa suram. Hal itu karena dengan seringnya masyarakat berkumpul akan mengundang kecurigaan pemeritahan penjajahan waktu itu. Yang pada akhirnya seni reog dilarang sama sekali.


Kemunculan kembali seni yang penuh dengan batiniah dilapisi unsur magis ini, terjadi setelah Indoensia meredeka pada 17 Agustus 1945. Namun sangat disayangkan, karena dijadikan sebagai alat organisasi politik pada masa itu. Maka akhirnya muncullah beberapa perkumpulan reog Ponorogo seperti BREN ( Barisan Reyog Nasional ), CAKRA ( Cabang Kesenian Reyog Agama ), BRP ( Barisan Reyog Ponorogo ), KRIS ( Kesenaian Reyog Islam ) dan sebagaianya.


Untuk membendung kekuatan Reyog PKI pada saat itu, muncullah seni Gajah-gajahan dan Unta-untaan yang terjadi pada masa puncak kejayaan Nasakom. Di mana waktu itu PKI mendominasi seni ini dengan barisan Reyog Ponorogonya. Baru setelah PKI dibubarkan kesenian Reyog Ponorogo muncul kembali dan mulai dibina secara utuh dan terarah oleh Pemerintah Orde Baru
 

.                                                                                                      

0 komentar:

Posting Komentar